PENDIDIKAN DALAM ANALISIS FILSAFAT

PENDIDIKAN DALAM ANALISIS FILSAFAT

Disusun dalam rangka memenuhi tugas
Mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:
Dr. H. Muchammad Nu’man, M.Ag.



Disusun Oleh:
Rokib, S.Ag.

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SUNAN GIRI SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2010 – 2012

PENDIDIKAN DALAM ANALISIS FILSAFAT
Pemikiran filsafat meliputi berbagai aspek kehidupan manusia seperti politik, ekonomi, hukum, dan juga pendidikan. Dalam kaitannya dengan pendidikan filsafat memiliki makna sebagai pemikiran yang rasional, mendalam, sistematis, universal dan spekulasi tentantang pendidikan. Karena pendidikan menyangkut problem manusia dalam kehidupannya yang berhubungan dengan aktifitas pendidikan, maka secara garis besarnya filsafat pendidikan meliputi pemikiran mengenai bagai mana terhadap manusia, hubungan dengan lingkungan, potensi yang dimilikinya, kemungkinan-kemungkinannya untuk didik dan lain sebagainya.
Analisis filsafat terhadap pendidikan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.      Apakah hakikat pendidikan?
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan istilah education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan.[1]
Menurut Ahmad D. Marimba pendidikan diartikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[2]
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yaitu tuntutan didalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.[3]
Pendidikan merupakan suatu proses usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai dan dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakiki dan cirri kemanusiaannya.[4]
Menurut Radja Mudyahardjo, sebagai mana yang dikutip oleh Binti Maunah, pendidikan secara luas adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi individu. Sedangkan secara sempit pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas social mereka.[5]
Pendidikan merupakan suatu system yang teratur dan mengemban misi yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan social sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan[6].  Hal ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu lembaga pemdidikan formal mempunyai muatan beban yang cukup berat dalam  melaksanakan misi pendidikan tersebut. Lebih-lebih kalau dikaitkan dengan pesatnya perubahan zaman dewasa ini yang akan sangat berpengaruh terhadap anak-anak didik dalam berfikir, bersikap dan berprilaku, khususnya terhadap mereka yang masih dalam tahap perkembangan transisi yang masih mencari identitas diri.
Jadi pendidikan pada hakikatnya mencakup semua interaksi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun social. Proses interaksi tersebut akan berlangsung dan dialami manusia selama hidupnya. Interaksi manusia dalam lingkungan sosialnya menempatkan manusia sebagai ahluk soial. Yakni, mahluk yang saling memerlukan, saling bergantung dan saling membutuhkan satu sama lain, termasuk ketergantungan dalam hal pendidikan.
Dengan demikian dapat dikatan bahwa keberhasilan atau kegagalan dalam proses pendidikan akan sangat bergantung pada beberapa factor yang meliputi pesrta didik, instrument pembelajaran, instrument penunjang  dan penggerak proses pendidikan. Bila semua factor tersebut perperan secara baik, maka tidak ustahil proses pendidikan akan mencapai sasaran yang diharapkan.
2.      Apakah pendidikan itu berguna untuk membina kepribadian manusia.
Menurut aliran empirisme seseorang dilahirkan seperti kertas kosong yang belum ditulisi, maka pendidiklah yang akan menulisi.[7]  Perkembangan seseorang tergantung pada pengaruh lingkungan atau pada pengalaman yang diperoleh dalam kehidupannya. Oleh karena itu aliran ini dinamakan aliran optimis dalam pendidikan.
Pendidikan dalam wujudnya selalu bertujuan membina kepribadian manusia, baik demi ultimate goal maupun bagi tujuan-tujuan dekat. Tujuan akhir pendidikan ialah terbentuknya kepribadian yang sempurna.[8] Dalam pandangan filsafat pendidikan Islam, pendidikan akan mampu mengantarkan peserta didik untuk terhindar dari kehidupan yang disharmonis. Pendidikan seyogyanya mampu mengantarkan manusia pada kehidupan yang seimbang, baik keseimbangan antara roh dan jasad, keseimbangan antara materiil dan spiritual, keseimbangan antara individu dan masyarakat serta keseimbangan antara duniawi dan ukhrowi.[9]
Pendidikan yang terutama dianggap sebagai proses pengoperan kebudayaan dan pengembangan ilmu pengetahuan berarti membina pribadi manusia untuk mengerti, berpengetahuan dalam  arti seluas-luasnya. Berpengetahuan atau tahu adalah asas utama untuk kebaikan menuju kesempurnaan.[10]
      Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa.[11]
      Dari beberapa pandangan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan sangat besar perannya dalam membina dan membentuk kepribadian manusia agar menadi insan kamil (manusia seutuhnya).
3.      Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu?
Menurut teori konsistensi sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Noor Syam, menjelaskan bahwa tujuan utama pendidikan adalah to perfect mental development, menyempurnakan perkembangan mental.[12] Dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas dirumuskan bahwa tujuan pendidikan untuk membangun perkembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[13]
Menurut Thomas Aguino bahwa tujuan pendidikan sebagai usaha untuk merealisasikan kapasitas dalam tiap individu manusia sehingga menjadi aktualitas.[14] Pendidikan bertujuan untuk menjaga keunggulan cultural, social dan spiritual, memperkenalkan suatu spirit seperti kehidupan intlektual dan membangun manusia dan msyarakat yang ideal.[15]
Secara kodrati manusia sejak lahir telah mempunyai potensi-potensi dasar (fitrah), baik potensi fisik, psikis, moral, social, maupun potensi keagamaan yang harus ditumbuh kembangkan agar fungsional bagi kehidupan manusia dikemudian hari.[16] Untuk itu aktualisasi terhadap potensi-potensi tersebut dapat dilakukan melalui usaha-usaha yang disengaja dan secara sadar agar mencapai pertubuhan dan perkembangan secara optimal.
Pendidikan sebagai usaha dan kegiatan manusia dewasa terhadap manusia yang belum dewasa, bertujuan untuk menggali potensi-potensi tersebut menjadi actual. Dengan begitu pendidikan adalah alat untuk memberikan rangsangan agar potensi-potensi manusia tersebut berkembang sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan berkembangnya potensi-potensi itulah manusia akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya.
4.      Siapakah yang bertanggung jawab terhadap pendidikan itu?
Menurut Dr. Zakiah Dradjat, Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah.[17] Sedangkan tugas seorang pendidik adalah mempersiapkan peserta didik kearah kematangan intelektualnya.[18] Oleh karena itu tanggung jawab pendidikan adalah seluruhnya terletak pada pendidik. Pendidik memikul tanggung jawab sepenuhnya pada hasil pendidikannya. Yang dimaksud dengan pendidik disini termasuk orang tua, guru, pemimpin-peimpin pramuka, dan pihak-pihak lain yang turut serta memberikan pendidikan anak.[19]
Guru sebagai orang yang memiliki otoritas keilmuan tertentu siap membimbing dan mengarahkan kemampuan intelektual dan spiritual anak didik.[20]   Guru sebagai pendidik dalam lembaga formal disekolah, secara langsung atau tegas menerima kepercayaan dari masyarakat untuk memangku jabatan dan tanggung jawab pendidikan.[21]
Dengan demikian jelaslah bahwa yang bertanggung jawab terhadap pendidikan itu adalah pemerintah, masyarakat dan pendidik itu sendiri.
5.      Apakah isi kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal?
Kurikulum merupakan factor yang sangat penting dalam proses pendidikan.
Didalam kurikulum tergambar secara jelas dan terencana bagai mana dan apa saja yang harus terjadi dalam proses belajar-mengajar. Menurut M.Arifin kurikulum adalah segala mata pelajaran yang dipelajari dan juga semua pengalaman yang harus diperoleh serta semua kegiatan yang dilakukan oleh anak didik.[22] Oleh karena itu kurikulum harus didesain berdasarkan pada pada pemenuhan kebutuhan manusia didik dan isinya terdiri dari pengalaman yang sudah teruji kebenarannya, pengalaman yang edukatif, eksperimental dan adanya rencana dan susunan yang teratur.
Yang dimaksud pengalaman edukatif adalah pengalaman apa saja yang sejalan dengan tujuan pendidikan menurut prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam pendidikan, yang setiap proses belajar yang ada membantu pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Oleh karena itu tidak ada stantar kurikulum yang sentral, universal, melainkan menganut asas fleksibelitas dan terbuka dan senantiasa memperhatikan sifat, sikap peserta didik dan kebutuhannya masing-masing. Selain itu semuanya diharapkan dapat sesuatu dengan keadaan dan kebutuhan komunitas sekolah.
Kurikulum yang terpusat pada pengalaman itu dibentuk dan dihasilkan dari pertanyaan-pertanyaan emosional, motor intlektual, dan social yang selayak mungkin. Oleh sebab itu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berfungsi seperti laboratorium. Kurikulum selalu sebagai rentetan continue suatu eksprimen, dan semua pelakunya ialah guru bersama murid, yang dalam beberapa aspek melakukan fungsi ilmiawan.[23]
6.      Bagaimana asas penyelenggaraan pendidikan yang baik?
Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berfikir, baik pada saat perencanaan maupun pelaksanaan pendidikan. Pandangan terhadap hakikat manusia merupakan tunpuan berfikir utama yang sangat penting dalam pendidikan. Salah satu azas utama pendidikan adalah bahwa manusia itu dapat didik dan dapat mendidik diri sendiri.[24]
Berkenaan dengan azas-azas pendidikan Binti Maunah menguraikan menjadi enam azas yaitu:
a.       Azas historis yang mempersiapkan si pendidik dengan hasil-hasil pengalaman masa lalu, dengan undang-undang dan peraturan-peraturan serta batas-batasnya.
b.      Azas soial yang memberikan kerangka budaya dari mana pendidikan itu bertolak dan bergerak: memindah budaya, memilih dan mengembangkannya.
c.       Azas ekonomi yang memberikan perspektif tentang potensi-potensi manusia dan keuangan. Materi dan persiapan yang mengatur sumber-sumbernya dan bertanggung jawab terhadap anggaran belanjanya.
d.      Azas psikologis yang memberi informasi tentang watak pelajar-pelajar, guru-guru, cara-cara terbaik dalam praktek, pencapaian penilaian dan pengukuran dan bimbingan.
e.       Azas filsafat yang memberinya kemampuan memilih yang lebih baik, memberikan arah suatu sistem, mengontrolnya dan memberi arah kepada azas-azas yang lain.[25]
Mengingat begitu urgennya pendidikan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, maka penyelenggaraan pendidikan didasarkan pada falsafah hidupnya. Dalam hal ini setiap negara menentukan sendiri dasar dan tujuan penididikannya sesuai dengan falsafah hidupnya. Di negara Amerika Serikat kita jumpai dasar pendidikan demokratis liberal, oleh karena falsafah bangsa dan negaranya adalah demokratis libral. Dan kita jumpai pula tujuan pendidikan yang bersifat demokratis libral sesuai dengan falsafah negaranya.[26]  Di Indonesia, Pendidikan dan pengajaran berdasar atas asas-asas yang termaktub dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dan atas kebudayaan kebangsaan Inonesia.[27]
Menurut aliran perenialisme program  pendidikan yang ideal adalah berorientasi pada potensi dasar agar kebutuhan yang ada pada setiap lapisan masyarakat dapat terpenuhi.[28]
Masalah pendidikan merupakan persoalan yang sangat penting dalam kehidupan. Baik kehidupan keluarga, maupun dalam lingkup berbangsa dan bernegara. Maju  mundurnya suatu bangsa atau negara tergantung pada kualitas pendidikan di negara itu. Oleh karenanya penyelenggaraan pendidikan disuatu negara harus berorientasi pada tujuan pembangunan di negara tersebut.

Dari keenam azas tersebut yang dominan dalam penyelenggaraan pendidikan adalah azas filsafat. Karena disamping memberinya kemampuan memilih yang lebih terbaik 















DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, Derektorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2001

Dirjen Pend.Islam Departemen Agama RI, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

Dradjat Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 1996

Hamid Ahmad Syarif, Pengembangan Kurikulum, PT.Bina Ilmu, Jakarta, 1996

Indrakusuma Amir Daien, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya,

Jalaluddin, Prof.Dr. dan Abdullah Idi, M.Ed. Dr. Filsafat Pendidikan (Manusia, Filsafat dan Pendidikan), Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2009

Maunah Binti, Dr. M.Pd. Ilmu Pendidikan, Sukses Offset, Yokyakarta, 2009

Mulyasa, H.E. Prof. Dr. M.Pd. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, Bumi Aksara, Jakarta, 2009

Noor syam Muhammad, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, Usaha Nasional, Surabaya,Cet.4, 1988

Ramayulis, Prof.Dr.H.dan Samsul Nizar, Dr. MA. Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, Kalam Mulya, Jakarta, 2009

Swarno, Pengantar Umum Pendidikan, Jakarta, Aksara Baru, 1985














a.       Apakah hakikat pendidikan.Mengapa pendidikan harus ada pada manusia dan merupakan hakikat hidup manusia. Apa hakikat manusia dan bagaimana hubungan antara pendidikan dengan hidup dan kehidupan manusia.

b.      Apakah pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia. Apakah potensi hereditas yang menentukan kepribadian setiap manusia, atau factor-faktor yang berasal dari luar/lingkungan dan pendidikan. Mengapa anak yang mempunyai potensi hereditas yang baik tanpa dibarengi dengan lingkungan dan pendidikan yang baik tidak mencapai kepribadian yang diharapkan. Kenapa anak yang mempunyai potensi hereditas yang tidak baik, walaupan mendapatkan pendidikan dan lingkungan yang baik, tetep tidak berkembang dengan baik pula.
c.       Apakah tujuan pendidikan yang sebenarnya. Apakah pendidikan itu untuk individu atau untuk kepentingan masyarakat. Apakah pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian individu ataukah untuk pembinaan masyarakat. Apakah pembinaan manusia semata-mata untuk dan demi kehidupan riel dan material di dunia ini, ataukah untuk kehidupan kelak di akhirat yang kekal,  atau untuk kedua-duanya.
d.      Siapakah hakikatnya yang bertanggung jawab terhadap pendidikan dan sampai dimana tanggung jawab tersebut. Bagaimana hubungan tanggung jawab antara keluarga, masyarakat dan sekolah terhadap pendidikan dan bagaimana tanggung jawab pendidikan tersebut setelah manusia dewasa dan  sebagainya.
e.       Apakah hakikat pribadi manusia. Manakah yang lebih utama untuk di didik, akal, perasaan atau kemauannya, pendiddikan jasmani atau pendidikan mentalnya, pendidikan skill ataukah intelektualnya, ataukah kesemuaannya itu.
f.       Apakah hakikat masyarakat dan bagaimana kedudukan individu dalam masyarakat. Apakah individu bersifat independen ataukah dependen dalam masyarakat.
g.      Bagaimana isi kurikulum yang releven dengan pendidikan yang ideal, apakah kurikulum yang mengutamakan pembinaan kepribadian dan sekaligus kecakapan untuk mengaku suatu jabatan dalam masyarakat, ataukah kurikulum yang luas dan konsekuensi yang kurang intensif, ataukah dengan kurikulum yang terbatas tetapi intensif penguasaannya dan bersifat praktis pula.
h.      Bagaimana metode pendidikan yang efektif untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal, bagaimana kepemimpinannya dan pengaturan aspek-aspek social pedagogis lainnya.
i.        Bagaimana asas penyelenggaraan pendidikan yang baik, apakah sentralisasi, desentralisasi, atau otonomi. Apakah pelaksanannya dilakukan oleh Negara ataukah oleh swasta dan sebagainya.              




hidupnya Dengan kemampuan intelektualnya peserta didik dapat hidup bahagia demi kebaikan hidupnya sendiri. Jadi dengan pengembangan akal maka pikirannya dapat dipertinggi kemampuannya


[1] Ramayulis, Prof.Dr.H.dan Samsul Nizar, Dr. MA. Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, Kalam Mulya, Jakarta, 2009, Hal. 83.
[2] Swarno, Pengantar Umum Pendidikan, Jakarta, Aksara Baru, 1985, Hal.2
[3] Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, Hal. 27
[4]  Jalaluddin, Prof.Dr. dan Abdullah Idi, M.Ed. Dr. Filsafat Pendidikan (Manusia,Filsafat dan Pendidikan), Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2009, Hal. 83.
[5] Binti Maunah, Dr. M.Pd. Ilmu Pendidikan, Sukses Offset, Yokyakarta, 2009, Hal. 1
[6] Departemen Agama RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, Derektorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2001, Hal. 10.
[7] Binti Maunah, Ibid, 120
[8] Muhammad Noor syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, Usaha Nasional, Surabaya,Cet.4, 1988.  Hal.179
[9] Ramayulis dan Samsul Nizar, Dr. MA. Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, Kalam Mulya, Jakarta, 2009, Hal. 17p
[10] Muhammad Noor syam, Op.Cit. Hal. 178
[11] Dirjen Pend.Islam Departemen Agama RI, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas,  Hal.49
[12] Muhammad Noor syam, Op.Cit. Hal. 114
[13] Ibid.
[14] Ramayulis dan Samsul Nizar, Dr. MA. Ibid, Hal. 25
[15] Ibid, Hal. 17
[16] Ahmad Syarif Hamid, Pengembangan Kurikulum, PT.Bina Ilmu, Jakarta, 1996, hal. 1
[17] Zakiah Dradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 1996, Hal. 34
[18] Ramayulis dan Samsul Nizar, Ibid, Hal. 25
[19] Amir Daen Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1973, Hal. 135
[20] Ramayulis dan Samsul Nizar, Dr. MA. Ibid, Hal. 25
[21] Maunah Binti, Dr. M.Pd. Ilmu Pendidikan, Sukses Offset, Yokyakarta, 2009, Hal. 80
[22] Departemen agama, Op.Cit. Hal 15.
[23] Ibid. Hal. 16
[24] Binti Maunah, Op.Cit. Hal. 38.
[25] Ibid. hal. 39
[26] Amir Daen Indrakusuma, Op.cit Hal. 45
[27] Ibid. Hal. 78
[28] Ramayulis dan Samsul Nizar, Dr. MA. Ibid, Hal. 27

0 komentar:

Posting Komentar





AHLAN WASAHLAN BIHUDUURIKUM.....SELAMAT DATANG DISITUS RESMI MWC NU GALIS-BANGKALAN SEMOGA MANFAAT DAN BAROKAH AMIN YAA ROBBAL AALAMINN